Makalah
Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan
Yang
dibimbing oleh Bapak Muhammad Reyhan, M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 8 (Kelas : 3D)
1. Anita Yuni W.M.S (14186206145)
2. Bella
Citra Rastranda (14186206141)
3. Rini
Rahman (14186206140)
4. Edhy Murtanto (14186206317)
5. Muhammad Nauval (14186206356)
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
[STKIP] PGRI
TULUNGAGUNG
Jln. Mayor
Sujadi Timur Nomor 7 Tulungagung, Telp. [0355] 321426
Kode Pos 66221
Oktober 2015
Kata Pengantar
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
taufik dan hidayah-Nya, sehingga serangkaian kegiatan penulisan makalah yang
berjudul “Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa” dapat diselesaikan dengan
baik.
Makalah ini
disusun tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, untuk itu kami sampaikan
terimakasih kepada :
1.
Bapak Muhammad Reyhan, M.Pd. selaku
dosen pembimbing dan dosen mata kuliah
2.
Teman-teman kelas 3D STKIP PGRI
Tulungagung
3.
Dan pihak lain yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu
Semoga dengan
adanya makalah ini dapat menambah wawasan para pembacanya dan bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna,
untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak guna
menyempurnakannya.
Tulungagung, Oktober 2015
PENYUSUN
Daftar Isi
Halaman Judul …………………………………………………….
Kata Pengantar …………………………………………………….i
Daftar Isi ……………………………………………………………ii
Bab I
Pendahuluan …………………………………………………….1
A.
Latar Belakang …………………………………………….1
B.
Rumusan Masalah …………………………………………….1
C.
Manfaat …………………………………………………….2
Bab II
Pembahasan …………………………………………………….3
2.1
Pengertian Seni dan Seni Rupa …………………………..….3
2.2
Seni Sebagai Media Pendidikan ……………………….……..3
2.3
Pendekatan Bersbasis Disiplin Ilmu
dalam Pendidikan
Seni Rupa ……………………………………………………..5
Bab III
Penutup …………………………………………………….12
·
Kesimpulan …………………………………………………….12
·
Saran …………………………………………………………….12
Daftar Pustaka ……………………………………………………………..13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan Seni dipakai sebagai
mata pelajaran pada pendidikan sekolah didasarkan pada pemikiran bahwa,
pendidikan seni memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan
multikultural. Multilingual berarti melalui pendidikan seni dikembangkan
kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai bahasa rupa, bunyi, gerak, dan
paduannya. Multidimensional berarti dengan seni dapat dikembangkan kompetensi dasar
anak yang mencakup persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi,
apresiasi, dan produktivitas dalam menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri,
dengan memadukan unsur logika, etika dan estetika. Multikultural berarti
pendidikan seni bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan
berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global sebagai pembentukan
sikap menghargai, toleran, demokratis, beradab, dan hidup rukun dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas 2001:7). Pendidikan seni meliputi
semua bentuk kegiatan tentang aktivitas fisik dan nonfisik yang tertuang dalam
kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi melalui bahasa
rupa, bunyi, gerak dan peran (Rohidi 2000:7). Melalui pendidikan seni anak
dilatih untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman mencipta yang disesuaikan
dengan lingkungan alam dan budaya setempat serta untuk memahami, menganalisis,
dan menghargai karya seni. Tegasnya pendidikan seni di sekolah dapat menjadi
media yang efektif dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas,
dan sensitivitas anak.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa itu seni dan seni rupa ?
2. Apa fungsi seni sebagai media pendidikan ?
3. Bagaimana pendekatan berbasis disiplin ilmu dalam
pendidikan seni rupa ?
C.
Manfaat
1. Mengetahui pengertian seni dan seni rupa
2. Mengetahui macam-macam fungsi seni sebagai media
pendidikan
3. Mengetahui pendekatan berbasis disiplin ilmu dalam
pendidikan seni rupa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Seni dan Seni Rupa
Pengertian
seni pada dasarnya adalah permainan yang memberikan kesenangan batin (rohani),
baik bagi yang berkarya seni maupun bagi yang menikmatinya (Rohidi, 1985:81).
Pembelajaran seni rupa yang
dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak yang didasari oleh pembinaan
intelegensi rupa (visual intelligenci) dengan kemampuan memahami objek secara
komprehensif maupun detail.
2.2 Seni Sebagai Media Pendidikan
Dengan
daya imajinasi dan fantasi anak-anak mampu mengembangkan kemampuan penciptaan
permainannya sesuai dengan pengaruh lingkungan dan pendidikan keluarga yang
diterimanya. Kegiatan bermain merupakan kegiatan jasmani dan rohani yang
penting untuk diperhatikan oleh pendidik (dan orang dewasa). Sebagian besar
perkembangan kepribadian anak, misalnya sikap mental, emosional, kreativitas,
estetika, sosial dan fisik, dibentuk oleh kegiatan permainannya. Permainan
anak-anak yang bernilai edukatif dapat dilakukan melalui kegiatan seni,
khususnya seni rupa. Salah satu kegiatan seni rupa, sebagai permainan, yang
sangat disukai anak-anak ialah kegiatan menggambar.
Hampir
setiap anak yang diberi alat tulis akan menggoreskannya pada bidang kosong.
Jika diberi kertas, dia akan menggoreskannya pada kertas dengan sesuka hati.
Jika tidak diberikan kertas, dia akan mencoretkannya pada dinding atau lantai
rumah. Keasyikan menggambar anak-anak itu merupakan bukti bahwa menggambar
baginya sangat memuaskan dan menyenangkan perasaan. Menggambar bagi anak-anak
dapat juga menjadi alat berkomunikasi dan berekspresi yang utuh sesuai dengan
dunianya. Gambar manusia, benda-benda di sekelilingnya serta aneka flora dan
fauna kesenangannya merupakan hasil ekspresinya, dan menjadi media
berkomunikasi dengan orang lain.
Anak-anak yang penalarannya belum berkembang sangat bergairah berkarya
seni, karena kegiatan ini memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi anak-anak
untuk mengungkapkan perasaan atau berekspresi. Ketika penalarannya bangkit,
seni harus dipersiapkan untuk memberikan jalan bagi ekspresi tersebut sebagai
kegiatan yang mereka senangi (Read, 1970:283). Dalam konteks itulah seni
dijadikan media pendidikan. Faedah pendidikan seni, sebagaimana dikemukakan
Vincent Lanier (1969) adalah:
·
Memberikan
kontribusi terhadap perkembangan individu,
·
Memberikan
pengalaman yang berharga (pengalaman estetik),
·
Sebagai
bagian yang penting dari kebudayaan.
Jika pendidikan merupakan usaha
sadar yang dilakukan orang dewasa dalam membantu anak-anak mencapai
kedewasaannya, maka tentunya pula seni rupa dapat digunakan sebagai cara dan
sekaligus media untuk mendidik anak. Jadi makna pendidikan dengan menggunakan
seni rupa sebagai cara dan sekaligus sebagai sarananya. Pada bagian ini perlu
dijelaskan perbedaan makna antara pendidikan seni rupa dengan pengajaran seni
rupa agar tidak sampai menimbulkan kesalahtafsiran dalam penggunaan istilah
tersebut.
Sasaran
pendidikan rupa di sekolah-sekolah umum, dari tingkat pendidikan dasar sampai
menengah, berbeda dengan sasaran pendidikan seni rupa di sekolah kejuruan,
kursus atau pusat magang kesenirupaan dan kriya.
Di sekolah
kejuruan seni rupa, berlaku pengajaran seni rupa yang lebih mengutamakan
pemberian bekal kepada para siswa agar berhasil sebagai lulusan yang memiliki
kemampuan/keterampilan bidang seni rupa tertentu. Sedangkan di sekolah umum,
pendidikan seni rupa yang diberlakukan kepada semua siswa, (berbakat maupun
tidak) lebih ditekankan kepada pemberian berbagai pengalaman kesenirupaan
sebagai wahana untuk mencapai tujuan pendidikan.
Seni
berfungsi sebagai media pendidikan. Akan tetapi, istilah "seni sebagai
media pendidikan" tidak berarti bahwa kegiatan seninya tidak penting
(karena dianggap hanya sekedar media). Keterlibatan siswa dengan seni tetaplah
harus menjadi prioritas dalam rangka membentuk kemampuan seni atau meningkatkan
kemampuan seni yang sudah ada pada diri para siswa. Upaya peningkatan kualitas
belajar menjadi fokus kegiatan; dan ini berlaku umum dalam program belajar apa
pun. Sebagai pembanding, tujuan utama orang belajar naik sepeda adalah supaya
ia bisa naik sepeda; belajar silat supaya bisa silat, belajar Tembang Cianjuran
supaya bisa melantunkan lagu-lagu Cianjuran yang memiliki karakteristik
tertentu. Kemampuan khusus yang diperoleh itu tadi merupakan tujuan langsung
dari belajar yang disebut sebagai "dampak utama" (main
effect) atau "dampak pembelajaran" (instructional
effect) yang ingin dicapai . Bahwa akibat dari belajarnya itu ia menjadi
tekun, sabar atau sehat, itu adalah dampak penyerta/pengiring (nurturant
effect) yang tentu saja tidak kurang manfaatnya bagi kepentingan pribadi
warga belajar.
Dalam
pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran seni, dampak instruksional
maupun dampak pengiring perlu dirancang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan
belajar yang diharapkan. Konsekuensi logis dari pemikiran di atas adalah bahwa
penyelenggaraan pendidikan seni harus berkualitas. Pendidikan seni
rupa bukan sekedar kegiatan rutin, sekedar untuk mengisi jam pelajaran yang
tersedia. Siswa harus merasa bahwa dari kegiatan-kegiatan kesenirupaan di
sekolah, ada hasil nyata yang dia perloleh, ada peningakatan atawa kemajuan
yang ia capai, dari tidak tahu menjadi tahu, dari kurang senang menjadi senang,
dari tidak terampil menjadi lebih terampil, dari kurang bisa menata menjadi
lebih bisa menata, dari kurang bisa membedakan menjadi lebih bisa membedakan
(berbagai hal yang menyangkut kesenirupaan). Secara kodrati, kita semua,
khususnya para siswa, tentu tidak menyukai kegiatan remeh-temeh, kegiatan yang
tidak berkualitas, yang hanya membuang-buang waktu.
Fungsi Seni sejalan dengan
perkembangan jaman dan peradaban manusia, maka berkembanglah pula seni dalam
kehidupan. Seni menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan terutama dalam
fungsi pemenuhan kebutuhan.
Secara umum seni memiliki dua
fungsi, yaitu fungsi individu dan fungsi sosial, berikut penjelasannya :
1.
Fungsi Individu : fungsi individu
merupakan suatu fungsi seni yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan pribadi
individu itu sendiri. Terdapat dua macam fungsi seni untuk individu, yaitu
antara lain :
a.
Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik.
Pada hakekatnya manusia adalah mahluk homofaber yang mempunyai kecakapan untuk
apresiasi pada keindahan dan pemakaian benda-benda. Seni terapan memang mengacu
pada pemuasan kebutuhan fisik sehingga segi kenyamanan menjadi hal penting.
b.
Fungsi pemenuhan kebutuhan
emosional. Seorang memiliki sifat yang berbeda-beda dengan manusia lain.
Pengalaman hidup seorang sangatlah mempengaruhi sisi emosional atau
perasaannya. Sebagai contoh perasaan sedih, lelah letih, gembira, iba, kasihan,
benci, cinta dll. Manusia dapat merasakan semua itu dikarenakan di dalam
dirinya terkandung dorongan emosional yang merupakan situasi kejiwaan pada
setiap manusia normal. Untuk memenuhi kebutuhan emosional manusia memerlukan
dorongan dari luar dirinya yang bersifat menyenangkan, memuaskan kebutuhan
batinnya. Sebagai contoh karena kegiatan dan rutinitas sehari-hari maka manusia
mengalami kelelahan sehingga memerlukan rekreasi, misalnya menonton hiburan
teater, menonton film di bioskop, menonton sendra tari, ataupun menonton
pameran seni rupa. Seseorang yang memiliki pengalaman estetikanya lebih banyak
maka ia akan memiliki kepuasan yang lebih banyak maka ia memiliki kepuasan yang
lebih banyak pula. Sedangkan seniman adalah seorang yang mampu mengapresiasikan
pengalaman dan perasaannya dalam sebuah karya seni yang diciptakannya. Hal itu
juga diyakini olehnya sebagai sarana memuaskan kebutuhan emosional dirinya.
2.
Fungsi sosial : fungsi sosial
merupakan suatu fungsi seni yang bermanfaat sebagai pemenuhan kebutuhan sosial
suatu individu. Terdapat beberapa macam fungsi seni sebagai fungsi sosial, yaitu
sebagai berikut :
a.
Fungsi Rekreasi. Kejenuhan
seseorang karena aktifitasnya sehari-hari membuat seseorang membutuhkan
penyegaran diri, misalnya diwaktu hari libur mangunjungi tempat-tempat rekreasi
obyek wisata (rekreasi alam). Seni juga dapat dijadikan sebagai benda rekreasi
misalnya seni pertunjukan sendra tari, pagelaran musik, pertunjukan teater dll.
Seni sebagai rekreasi merupakan seni yang mampu menciptakan suatu kondisi
tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaharuan kondisi yang telah ada. Di
era globalisasi ini kehadiran seni mendapatkan perhatian yang sangat serius
dari banyak pihak (terkait dengan kebutuhan dan nilai ekonomi atau bisnis)
b.
Fungsi Komunikasi. Pada hakekatnya
setiap orang berkomunikasi dengan manusia lain menggunakan bahasa karena
merupakan sarana yang paling efektif, mudah, dan cepat untuk dimengerti. Namun
begitu bahasa memiliki keterbatasan karena tidaklah mungkin semua orang
menghafal semua bahasa yang ada. Oleh karena itulah dibutuhkan bahasa universal
yaitu bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang. Seni diyakini dapat
dipergunakan demi kepentingan tersebut. Misalnya Paranggi dapat berkomunikasi
dengan orang di seluruh pelosok penjuru dunia melalui pertunjukan sendra tari,
affandi melalui lukisannya, Shakespeare dapat berkomukasi melalui puisi-puisi
nya dll. Tampaknya seni menjadi sangat efektif membantu orang untuk
berkomunikasi karena seni dapat menembus batasan-batasn bahasa verbal maupun
perbedaan lahiriah setiap orang. Hanya melalui seni manusia dapat berkomunikasi
dengan dunia luar serta melalui seni kita dapat mengenal budaya bangsa lain.
c.
Fungsi Rohani. Kepercayaan religi
tersebut terdapat dalam karya-karya moko, neraca, dolmen, menhir, candi pura,
bangunan masjid, gereja, ukiran, relief, dsb. Manakah yang muncul pertama kali,
kepercayaan religi atau seni terlebih dahulu? Dan hal tersebut tidak dapat
dijawab secara pasti. Karl Barth berpendapat bahwa sumber keindahan adalah
Tuhan. Agama sering dijadikan juga sebagai salah satu sumber inspirasi seni
yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan. Pengalaman-pengalaman religi
tersebut tergambarkan dalam bentuk nilai estetika. Banyak media yang mereka
pergunakan. Ada yang memakai suara, gerak, visual, dsb. Sebagai contoh yaitu
kaligrafi arab, makam, relief, candi, gereja dll.
d.
Fungsi Pendidikan. Pendidikan dalam
arti luas diartikan sebagai suatu kondisi tertentu yang memungkinkan terjadinya
transformasi dan kegiatan sehingga mengakibatkan seseorang mengalami suatu
kondisi tertentu yang lebih maju. Dalam sebuah pertunjukan seni, orang sering
mendapatkan pendidikan secara tidak langsung karena di dalam setiap karya seni
pasti ada pesan atau makna yang disampaikan. Disadari atau tidak,
rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan oleh seni merupakan alat pendidikan bagi
seseorang. Seni bermanfaat untuk membimbing dan mendidik mental dan tingkah
laku seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik dan maju dari
sebelumnya. Disinilah seni harus disadari mnumbuhkan nilai estetika dan etika
kepada peserta didik.
e.
Fungsi Artistik. Dalam hal ini seni
lebih berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak
untuk hal yang komersil, seperti musik kontemporer, tari kontemporer, dan seni
rupa kontenporer (seni hanya pertunjukan yang tidak bisa dinikmati pendengar
atau pengunjung hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya.
f.
Fungsi Guna. Karya seni yang dibuat
tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi (karya seni
murni) atau pun dalam proses penciptaan mempertimbangkan aspek kegunaannya
seperti perlengkapan atau peralatan rumah tangga yang berasal dari gerabah
ataupun rotan.
g.
Fungsi kesehatan. Seni sebagai
fungsi kesehatan seperti pengobatan penderita gangguan physic ataupun medis
distimulasi melalui terapi musik (disesuaikan dengan latar belakang pasien).
Terbukti musik telah mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang autisme,
gangguan psikologis, trauma pada suatu kejadian, dsb. Pada tahun 1999 Siegel
menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan
dapat merangsang sistem limbic jaringan neuron otak dan gamelan menurut
Gregorian dapat mempertajam pikiran.
Fungsi Seni dalam Dunia Pendidikan
: tentunya dalam dunia pendidikan terutama ke untuk Sekolah dasar, seni
mempunyai peran yang penting untuk menunjang perkembangannya. Banyak hal yang
dapat diperoleh oleh siswa dengan belajar seni, yaitu sebagai berikut :
a.
Memberikan fasilitas yang
sebesar-besarnya kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya (ekspresi bebas).
b.
Melatih imajinasi anak, ini
merupakan konsekuensi logis dalam kegiatan ekspresi supaya dalam berekpresi
seorang anak mempunyai bayangan terlebih dahulu yaitu dengan latihan imajinasi
yang dapat berangkat dari pengamatan maupun hasil rekapitulasi kejadian yang
telah direkam oleh otak.
c.
Memberikan pengalaman estetik dan
mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni
sesuai dengan mediumnya.
d.
Pembinaan sensitivitas serta rasa
pada umumnya, hasil yang diharapkan adalah terbinanya visi artistik dan fiksi
imajinatif.
e.
Mampu memberikan pembinaan keterampilan
yaitu dengan membina kemampuan praktek berkarya seni kerajinan. Hal ini berguna
untuk mempersiapkan kemampuan terampil dan praktis sebagai bekal hidup di
kemudian hari.
f.
Mengembangkan kemampuan
intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan
mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah
nusantara dan mancanegara.
g.
Siswa memiliki pengetahuan,
pengalaman dan kemauan keras berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik
sebagai dasar berekspresi pada budaya bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya
adalah menyiapkan anak untuk berpengetahuan, bercakapan dan berkemampuan dalam
tingkat dasar agar kelak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
h.
Menumbuhkembangkan sikap
profesional, kooperatif, toleransi, dan kepemimpinan.
i.
Seni sebagai alat pendidikan dalam
pendidikan seni bukan semata-mata bertujuan untuk mendidik anak menjadi seniman
melainkan membina anak-anak untuk menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas
permainan, dan melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina
kreatifitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat
digunakan sebagai alat pendidikan.
2.3 Pendekatan Berbasis Disiplin Ilmu
Dalam Pendidikan Seni Rupa
Pendekatan seni rupa berbasis disiplin
ilmu (dicipline based art education, disingkat DBAE) berintikan
pemikiran bahwa seni telah hadir dalam kehidupan bukan hanya sebagai kegiatan penciptaan,
tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang menjadi bahan kajian filosofis maupun
ilmiah dan berhak dipelajari di lembaga pendidikan. Seni adalah disiplin
ilmu yang khas dengan karakter yang dimilikinya, mendapat dukungan kelompok
ilmuwan, dikembangkan melalui penelitian. Pendukung Pendidikan Seni Rupa
Berbasis Disiplin berpendapat bahwa pendidikan seni rupa yang memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan ernosinya adalah penting, tetapi
jangan sampai mengabaikan kegiatan mempelajari aspek pengetahuan keilmuannya.
Cakupan pendidikan seni rupa perlu diperluas. Eisner (1987/1988) menegaskan
bahwa Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin bertujuan untuk menawarkan program
pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang seni rupa
yang lazim dalam kenyataan yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman,
dan penilaian. Keempat bidang tadi disampaikan dalam kegiatan belajar:
produksi seni rupa, kritik seni rupa, sejarah seni rupa dan estetika. Anak
hendaknya tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi/ menciptakan karya
seni rupa tetapi juga perlu mempelajari bagaimana caranya menikmati suatu karya
seni rupa serta memahami konteks dari sebuah karya seni rupa dari berbagal
masa. Pelaksanaannya tidak harus terpisah tetapi dapat dipadukan.
Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin merupakan suatu
pendekatan dan bukan merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud penampilannya
dapat yang bervariasi. Yang jelas, sasarannya adalah adanya peningkatan
kemampuan anak dalam berbagai bidang kegiatan tersebut.
Ciri DBAE adalah :
1.
Seni
rupa sebagai subyek dalam pendidikan umum dengan kurikulum yang tertulis serta
disusun secara sistematis mencakup kegiatan ekspresi/kreasi, teori, dan
kritik/apresiasi seni rupa, untuk membangun pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan.
2.
Kemampuan
anak dikembangkan untuk: menghasilkan karya, menganalisis, menafsirkan, dan
menilai kualitas karya, mengetahui dan memahami peran seni rupa dalam
masyarakat serta memahami keunikan karya seni rupa dan bagaimana orang
memberikan penilaian dan menguraikan alasan penilaian tersebut.
3.
Seni
Rupa diimplementasikan dengan dukungan masyarakat, staf pengembang, nara
sumber, dan program penilaian (Dobbs, 1992).
BAB III
PENUTUP
·
Kesimpulan
Pengertian seni pada dasarnya
adalah permainan yang memberikan kesenangan batin (rohani), baik bagi yang
berkarya seni maupun bagi yang menikmatinya.
Faedah pendidikan seni,
sebagaimana dikemukakan Vincent Lanier (1969) adalah:
1.
Memberikan
kontribusi terhadap perkembangan individu,
2.
Memberikan
pengalaman yang berharga (pengalaman estetik),
3.
Sebagai
bagian yang penting dari kebudayaan.
Pendidikan Seni
Rupa Berbasis Disiplin merupakan suatu pendekatan dan bukan merupakan suatu
metode yang spesifik, maka wujud penampilannya dapat yang bervariasi.
·
Saran
Pendidikan merupakan usaha sadar
yang dilakukan orang dewasa dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaannya,
maka tentunya pula seni rupa dapat digunakan sebagai cara dan sekaligus media
untuk mendidik anak. Jadi makna pendidikan dengan menggunakan seni rupa sebagai
cara dan sekaligus sebagai sarananya.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar